Senin, 17 Januari 2011

news

Pada tanggal 24 Januari 2008 lalu, Penerbit GagasMedia kembali mengadakan launching novel adaptasi terbarunya yang berjudul Radit & Jani di Izzy Pizza Mahakam, Jakarta Selatan.
Menanggapi masalah novel adaptasi Radit & Jani, Upi – penulis script Radit & Jani, merasa kerepotan mencari penulis yang sesuai dengan karakter film tersebut, sebab ceritanya lebih dewasa. Sedangkan, kebanyakan, para penulis novel adalah penulis cerita ABG, seperti chiklit dan teenlit. Film ini tergolong hot sehingga badan sensor memotong beberapa adegan tertentu. "Ada beberapa adegan yang dipotong oleh badan sensor," jelas Upi. Ketika dituangkan ke dalam novel, nuansanya agak berbeda. Hal itu pula yang diungkapkan oleh Rio Rinaldo yang sebelumnya telah menulis novel adaptasi Selamanya, demikian imbuhnya lagi kepada para wartawan. Namun, pembuatan novel ini setidaknya bisa dirasakan oleh mereka yang jauh dari kota sebagaimana yang dikatakan Moammar Emka. "Bagi mereka yang tidak bisa nonton filmnya atau berada di pelosok kampung-kampung bisa menikmati novel ini," ungkap penulis Jakarta Undercover ini. Novel yang bertemakan brutally romantic ini memiliki karakter khas, yakni antara perjuangan mendapatkan cinta, kebebasan, kebahagiaan, dan romantika kehidupan. Dari awal cerita, pembaca sudah dibawa ke suasana pertemuan antara Radit & Jani yang khas dan singkat. Kemudian, diajak menyelami lika-liku kehidupan mereka yang romantis, tapi liar penuh ketegangan. Radit sebagai sosok pencemburu berat, pemakai narkoba, penganut faham kebebasan, dan selalu berusaha menjadi satu-satunya orang yang ingin membahagiakan Jani. Sedangkan, Jani sebagai sosok yang baru menemukan apa yang selama ini dicarinya, yaitu hidup bebas. Bersama Radit-lah, Jani merasa apa yang dicarinya selama ini bisa didapatkan. Acara ditutup dengan pemberian buku secara simbolik dari Moammar Emka kepada Rio dan Upi sebagai tanda telah launching-nya novel tersebut. (effendy wongso, gagasmedia.net)
Ten 2 Five meluncurkan album sekaligus novel terbarunya berjudul Aku Ada Rahasia. Judul novel ini diambil dari salah satu lirik lagu Ten 2 Five yang diterbitkan oleh Penerbit Gagas Media.
"Tema novel ini diambil dari salah satu lirik lagu pada album Ten 2 Five yang baru. Dalam album Ten 2 Five ada sebuah lirik lagu yang pas dijadikan tema novel," ujar Imel, vokalis Ten 2 Five, Rabu (20/2), pada press release di Senayan City.
Menurut Imel, Ten 2 Five telah merilis tiga album sejak berdiri tahun 1998 – digawangi Imel di vokal, Arief di bass, Poltak di drum dan Robin di gitar, dan barulah kali ini kepikiran untuk menovelkan salah satu lirik lagu. Ia melanjutkan, dalam novel ini, Ten 2 Five mengihwal dua orang yang mengkhianati salah satu karibnya. Lantas, pemuda yang tersakiti tersebut meluapkan emosinya lewat tulisan. Ia mencoba membuka rahasia di balik pengkhianatan cinta berbumbu segitiga di antara mereka.
"Ceritanya sangat lucu dan menarik. Kami ingin mengangkat lagu ini lewat sebuah novel," terang Imel. Imel menegaskan, novel kali ini dicetak sebanyak lima ribu eksemplar dan disebarkan di seluruh Indonesia. Bersama dengan novel, ia menyisipkan CD MP3 milik Ten 2 Five apabila orang membeli novel. Awal Maret 2008 Ten 2 Five akan melakukan tur promo di sejumlah kota di Indonesia.
"Kami sedang teken kontrak untuk manggung di Medan, dan beberapa kota di luar pulau Jawa. Mudah-mudahan album ketiga ini membawa hoki," ujar Imel berharap. (effendy wongso, gagasmedia.net)





CafeNovel.com | Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dijadwalkan mencanangkan gerakan membaca koran massal di kalangan pelajar dalam rangkaian peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2008 yang dipusatkan di lapangan Tri Lomba Juang Mugas Semarang, Sabtu (9/2). Ketua Panitia Pelaksana Daerah (Panpelda) HPN 2008, Sasongko Tedjo di Semarang, Rabu, mengatakan, jumlah peserta pencanangan gemar membaca itu sekitar 10 ribu orang dari kalangan pelajar SMP dan SMA di Kota Semarang.
"Presiden beserta pelajar akan membaca bersama-sama dari koran terbitan Jawa Tengah. Pencanangan itu dilakukan setelah Presiden memberikan sambutan pada puncak HPN 2008 yang dipusatkan di gedung Gradhika Bakti Praja Provinsi Jateng," kata Sasongko Tedjo yang juga Ketua PWI Cabang Jawa Tengah. Ia menambahkan, oplah koran sekarang terus mengalami penurunan karena budaya membaca, tetapi yang berkembang saat ini adalah budaya melihat.
"Tiras koran sekarang ini mengalami penurunan dari 4,5 juta eksemplar menjadi 3,5 juta eksemplar dan ini tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi Amerika Serikat juga mengalami hal itu," katanya.
Acara peringatan HPN 2008 ini berlangsung tanggal 7-10 Febuari 2008, tetapi sudah dimulai jauh-jauh hari dengan gerakan wartawan menaman yang dipusatkan di Kabupaten Wonosobo, Jateng, hari Minggu (27/1). Jumat (8/2) digelar acara Konvensi Media Massa di Hotel Patra Semarang. Pada acara ini akan bertindak sebagai pembicara adalah Chairul Tanjung (Yayasan Indonesia Forum), DR. Raden Pardede, Prof. Dr. Bambang Brojonegoro, Anggito Abimanyu, Dr. Rosihan Anwar, dan lain sebagainya dengan pembicara kunci Ketua MPR RI, Hidayat Nurwahid. "Hasil dari Konvensi Media Massa tersebut akan diserahkan kepada Presiden SBY pada puncak HPN," katanya. (effendy wongso, foto: kompas.com)

Anda Mesti Tahu | Hieroglif Mesir Kuno

Salah satu contoh awal kegiatan menulis adalah suatu kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara. Menulis biasa dilakukan pada kertas dengan menggunakan alat-alat seperti pena atau pensil. Pada awal sejarahnya, menulis dilakukan dengan menggunakan gambar, contohnya tulisan hieroglif (hieroglyph) pada zaman Mesir Kuno.
Tulisan dengan aksara muncul sekitar 5000 tahun lalu. Orang-orang Sumeria (Irak saat ini) menciptakan tanda-tanda pada tanah liat. Tanda-tanda tersebut mewakili bunyi, berbeda dengan huruf-huruf hieroglif yang mewakili kata-kata atau benda. Kegiatan menulis berkembang pesat sejak diciptakannya teknik percetakan, yang menyebabkan orang makin giat menulis karena karya mereka mudah diterbitkan. (effendy wongso, dari berbagai sumber)


CHAPTER 1:
SI PETASAN INJAK

"Mas Ray!"
Petasan injak itu lagi!
"Lho, kok Mas Ray cuek begitu sih?" Kishi menarik kursi ke dekat Ray. "Aku kan nggak pernah dapat B. Selalu C, itu pun setelah belajar sampai jungkir balik."
"Kalau tidak bisa kimia, kenapa nekat masuk Perminyakan?"
"Kalau tidak masuk Perminyakan, tidak akan ketemu Mas Ray kan?" Kishi tersenyum manis.
Gadis ini! gerutu Ray dalam hati. Selalu saja bisa menangkis semua kata-katanya. Ray menoleh. Menatap ke arah Kishi sekilas. Gadis itu bahkan tidak menyadari kalau kehadirannya benar-benar mengganggu konsentrasi Ray.
"Kemari cuma mau lapor hasil ujianmu?"
"Mas Ray keberatan aku datang kemari, ya?" Kishi menatap profil samping Ray. Cowok itu masih saja menatap lurus ke arah kanvasnya.
"Bisa kan menjawab pertanyaan dulu sebelum bertanya balik?" tegur Ray.
Kishi terkekeh. "Habis, Mas Ray nanyanya seperti mau ngusir."
Aku memang mau mengusirmu! geram Ray dalam hati. Setiap Kishi muncul, lukisannya pasti terbengkalai. Tidak pernah selesai. Ada-ada saja permintaan gadis itu. Minta diajari kimia. Mencari buku. Kaset. Nonton bioskop. Segalanya, bahkan sampai makan!
Dan dengan caranya sendiri, Kishi selalu berhasil membuat Ray menuruti keinginannya.
"Mas Ray sudah makan?"
"Sudah."
"Aku belum. Temani aku makan keluar, yuk."
"Aku sedang melukis," tolak Ray.
"Nanti kan bisa diteruskan lagi. Ayo dong, Mas Ray! Tidak kasihan melihatku kelaparan?"
"Kamu kan bisa makan sendiri."
"Ah, mana enak makan tanpa teman."
"Kenapa tidak makan dulu sebelum kemari?" gerutu Ray tanpa menyembunyikan rasa kesalnya.
"Aku mau traktir Mas Ray. Kan ujianku dapat B karena diajari Mas Ray."
"Aku tidak minta bayaran. Simpan saja uangmu."
"Mas Ray kok menolak niat baik orang?"
"Lukisanku belum selesai."
"Nanti bisa dilanjutkan. Kutemani, deh."
"Tidak usah," tolak Ray cepat. "Nanti malah lebih tidak selesai."


novel



CHAPTER 1:
SEINDAH MATA KRISTALNYA


Malam bergulir perlahan. Detak jarum jam dinding di kamarku terdengar jelas. Kota Jakarta terlelap dalam tidur. Hanya sesekali terdengar raungan kendaraan. Menggerung keras lalu lenyap ditelan kesunyian.
Pukul dua dinihari.
Aku menyeka sebuah luka memar di sekitar kelopak mataku dengan air hangat. Bekas luka pukulan itu, setelah seminggu perlahan-lahan mulai hilang.
Kini aku menatap wajahku sendiri di dalam cermin. Kenapa itu kamu lakukan, Renaldi? Kenapa kamu mati-matian membela gadis itu? Kenapa kamu tidak pernah berkompromi kepada seseorang yang telah membuat mata bening milik gadis itu mempunyai pesona lain dalam hatimu, Renaldi? Ataukah, kamu mempunyai perasaan khusus pada gadis itu yang sampai saat ini masih kamu sembunyikan? Yang sampai detik ini tidak pernah kamu ungkapkan?!
***
"Hei, Janna. Kamu tahu tidak kenapa aku sampai saat ini terus memanggilmu, Kristal?" Suatu hari enam bulan lalu menjelang pelajaran matematika aku membisikkan kalimat itu.
Janna menatapku.
"Karena aku anak Mama yang ke mana pun pergi selalu diantar dan dijaga?" sahut Jannya yakin.
Aku menggeleng sembari tersenyum.
"Karena aku merupakan kaum hawa, yang sering diidentikkan oleh kaummu sebagai penghias dunia kan?" Janna melirikku. Membuka tas sekolah dan mengeluarkan diktat.
Aku tertawa. Lantas menggeleng.
"Dih, memangnya aksesoris?" ledekku.
Janna mengernyitkan keningnya.
"Karena aku seorang gadis yang hatinya mudah patah berkeping-keping seperti kristal?" pancingnya, bertanya.
Lagi-lagi aku menggeleng.
"Apaan dong, Re?" Janna penasaran. Menatapku beberapa saat, menanti jawaban yang akan keluar dari mulutku.
"Karena kamu mempunyai mata bagus dan sebening kristal," jawabku kemudian sembari menikmati mata indah milik gadis itu.
Janna membelalak. Mencubitku gemas sambil menggigit bibirnya sendiri.
"Jujur, Na. Matamu bagus. Bening bak telaga. Juga teduh. Malah kadang-kadang aku sering berkaca di bola matamu itu," kubiarkan wajah Janna tersipu-sipu.
Tinggi semampai, wajah terkesan aristokrat, dan bermata bagus, itu kesan pertama ketika aku mengenal Janna. Ia memang favorit di sekolahku. Ramah dan supel. Kesannya yang cuek dan tidak pernah memilih-milih teman, membuat Janna tumbuh menjadi cewek favorit di SMA-ku.
"Kamu tahu apa yang ada di dalam hatiku saat ini, Kristal?" Mataku menatap lurus ke depan. Memperhatikan Pak Tito yang mulai sibuk memeriksa pe-er yang diberikan hari kemarin.
"Apa, Re?" bisik Janna lirih.
"Aku tidak ingin seorang pun yang akan melukai mata bagus itu." Aku tersenyum. Melindungi kupingku dari cubitan Janna dengan buku diktat.
"Trims, Re. Kamu memang sahabatku yang terbaik." Tanpa melirikku, Janna meluncurkan kalimat itu.
Keakrabanku dengan Janna, sudah terjalin sejak kelas satu SMA. Malah sebagaian teman-teman menyangka kalau Janna adalah cewekku. Tetapi aku tidak pernah berpikir untuk itu. Tekadku waktu itu hanya satu. Aku ingin menjadi sahabat Janna yang terbaik. Tanpa menodai rasa persahabatanku itu dengan perasaan cinta yang sering berakhir dengan kebencian. Aku tak ingin hal itu terjadi. Aku hanya ingin melihat mata kristal Janna itu terus bersinar cerah. Bibir sensualnya terus berceloteh riang. Itu saja keinginanku. Meskipun aku sempat menangkap sinyal kalau sebenarnya Janna sering memberiku lampu hijau untuk mengubah persahabatan itu menjadi hubungan yang lebih khusus. Tetapi ternyata aku ragu. Takut kalau suatu saat aku melukai hati Janna. Takut kalau suat saat aku akan menorehkan sembilu di hati gadis itu dan membuat mata kristal miliknya berubah kelabu. Sampai suatu saat Janna mengatakan padaku kalau Bian, anak II.3.B, yang sejak kelas satu mengejarnya dengan sabar, telah menjadi bagian dari hari-hari Janna.
Setelah hal itu terjadi, di hati kecilku, tiba-tiba kurasakan ada sesuatu yang hilang. Dan aku yakin sesuatu itu adalah Janna.
Gadis yang Melayang di Jembatan Layang

Gadis yang melayang di jembatan layang....
Bagai layang-layang ia melayang
dari jembatan layang di sudut kota
mungkin cinta telah membunuhnya
suatu waktu, suatu masa
Renjana menggejolak
telah membakar hati yang dirundung
: kerinduan serupa bara api
ia melalap raga hingga menjadi abu
Sosokmu memutih dalam pandanganku
tak terjamah kasat
kubaca kau dari nurani
: kau bukan hantu nan gentayangan
tapi kau adalah wujud luka
dari masa lalu yang sakit!
Datanglah kau dalam mimpiku
kita akan berdialog
sehingga boyak lukamu segera mengering
dan tak menghadirkan racau monolog
dalam penampakanmu di jembatan layang itu!
Gadisku, siapa pun kau, datanglah
dan kita akan bercerita apa saja....
Mom


Mom ku....
Apa kabar?
Adakah kau dengar dalam sujudmu semalam
Pesan yang ku titipkan lewat Tuhan?
Sudahkah kau maknai artinya, Mom?
Mom ku....
Tetaplah bersabar
Karena dalam tiap titik-titik kelam
Selalu dapat terbaca sepercik kebahagiaan
Aku di sini untukmu, Mom
Mom ku....
Bisikkan dalam tiap tasbihmu
Doa yang 'kan kian membasah bersama pagi
Tanyakan pada Tuhan,
Kapan kita dapat bersama lagi?
Ps: Mom, masih menunggu di sini....
Tunggulah Satu Detik Lagi

Sebentar!
Kumohon
Jangan dulu terburu pergi
Jangan dulu terlalu cepat berlari
Tunggulah satu detik lagi
: mungkin aku dapat berlari menghampiri
Lalu dapatkah kita ulang kembali?

Semua Tentangmu

Semua Tentangmu

Di ujung lembayun senjaLamunan berhenti di bayangmu
Bayang yang selalu menjadi mimpi
Pada hati yang menunggu
Di gelapnya temaram bulan
Khayalanku jatuh di dirimu
Sosok yang terus melekat dalam jiwa
Bersama rindu yang mendera
Di terbitnya sang fajar
Pikiranku masih tentangmu
Pada diri yang tertanam di relung
Yang menjadi paruhan hidup